Skip to main content

PUISI SYAHADATMU KINI

PUISI SYAHADATMU KINI
Puisi Syahadatmu kini. Syahadat merupakan asas serta dasar dari lima rukun Islam, juga sebagai ruh, inti dan landasan seluruh didalam ajaran Islam. Secara bahasa, syahdat mempunyai makna,Menyampaikan berita yg pasti. Menampakkan sesuatu yg tidak diketahui orang lain serta menjelaskan.

Seseorang dari agama selain islam yg akan masuk memeluk agama islam atau yg biasa disebut Mualaf wajib mengucapkan kalimat syahadat, dikarenakan dua kalimat syahadat merupakan syarat utama seorang yang masuk agama islam.

Kalimat syahadat ini diucapkan dengan bimbingan atau bantuan seorang ustadz. untuk seseorang muslim memperkukuh dalam mengimani Islam. seorang muslim juga diperbolehkan mengucapkan kalimat syahadat. setiap saat.

Berkaitan dengan kata syahadat dibawah ini, puisi perjudul Syahadatmu kini, Bagaiman puisinya yuk kita simak saja berikut ini.

PUISI SYAHADATMU KINI
Oleh: Arsyifa Peningit

kala senja melabuhkan bayangan di pelupuk cakrawala langgar reot berhiaskan lentera beratapkan jemari beralaskan tanah hening disekitar hanya suara sepasang katak bercengkrama

tiada semilir angin yang berhembus sekitar dusun sunyi sepi...
pintu-pintu kayu tertutup rapat suara bising dari dalam terdengar...
kakek tua beratapan perih menahan gejolak rasa pedih nan pilu tiada didapati sepotong hidung yang terlihat di senja itu...

beduk dari kulit lembu terasingkan
tiada lentik jari-jemari menjamah tabuan keimanan..
sang kakek berjalan berpegangan anyaman bambu yang menjadi dinding pelapis dilanggar tua..
langkah kakinya perlahan namun pasti terdengar sesekali hela nafas bak seorang penyelam tanpa tabung oksigen.

tangan yang keriput sedikit gemetar mencoba menjamah tabuan keimanan
terlihat jelas rentan sudah usianyabperlahan mengayun dan menabu meski kini semua naluri telah berdebu

rinting hujan turun membasahi dusun tatapan kepasrahan menggʌmbarkan raut wajah sang kakek...
dengan sedikit berbisik kecil dari bibir yang teramat kosong.
kini tiada lagi budaya maghrib mengaji

kala suara adzan maghrib berkumandang tersirat satu peranan dan tanggung jawab layaknya hamba Tuhan sang kakek bersuara semampunya
bersenandung panggilan keimanan ketika semua berlalu ia terengah-engah berdiri dihadapan
mimbar keropos nan rentan termakan zaman.
seperti melukiskan condong diri dimuka tatapan...

khalayak ramai terperangkap tipu daya si iblis sebaya..
menggerogoti iman dalan sanubari tak berperisai
tanpa sadar kita telah melepaskan rantai-rantainya dari hati kecil
hingga kita diperbudak nafsu dan juga segudang keinginan..

aku tersipu malu melihat langgar tak berpenghuni..
seakan nyata kita bukanlah golongan sejati
jiakalaulah kita bukan dilahirkan dari rahim seorang muslim..
maka bisa dimengerti kita belum tentu menjadi seorang muslim...

hanya mengerti syahadat tanpa perduli nilai keimanannya
hanya bisa mengaji tanpa harus mengkaji dari apa yang kita pelajari...
teringat dimasa kanjeng al amin bersusah hati meretakan setiap hati yang keras bak batu karang...
kini hanya jadi dongeng disebagian insan yang tiada mengerti jawaban...

si tuan azazil tua tertawa riang menyaksikan bala tentaranya menang dalam pertempuran hati...
berhasil membekuk sebagian anak cucu sang Adam...
dilucuti bagai tawanan perang...
syahwat perut dan kᥱmaluan tiada lagi menjadi perhiasan..
nyatanya kini kita yang menyerahkan diri...

Surat jingga dari penyair suram dimuara nista..
menggantikan peranan lembaran kalimat warisan kanjeng Al amin..
sudah tiada kepala ditemui mengerti akan tulisan dan maknanya
kini sitanah liat bertuhankan peradaban..
kala ilmuan paman sam menyulap besi dan tembaga menjadi jendral para setan..
dan khasat mata si tanah liat buta bagai melihat cahaya serpihan sang ruhul qudus...
mengagungkan rongsokan zaman.. menyampingkan warisan buah perjalanan panjang..

wahai cahaya kemuliaan...
kiranya syafaatmu kini telah tergantikan.
dengan berbagai macam pamor tipu muslihat sitangan ilmuan.
wahai cahaya kemuliaan...
masanya syahadatmu kini telah dilupakan...
oleh sebagian tanah liat yang menjadi tawanan perang...
si api tua di pertempuran hati...

Dirimu sebagai pangeran Kemuliaan kini hanya sebagai idola..
tak perduli tulang kering dilapisi daging busuk bersauskan darahnya..
nyatanya kini sitanah liat berani menentang suatu ketetapan...

Syahadatmu kini hanya dijadikan sajak...
bak sastra melayu terbenam oleh si lyric lagu...
tiada tuan tiada luang...
sembarang detik tiada memetik..
tidakah kawan berhenti berjuang meski leher semakin tercekik.

menari si ratu iblis lemah gemulai...
berpijakan hati dan berselendang megahnya dunia..
si tulang rusuk terperangah mutiara di lautan lumpur hidup...
mencoba meraih tak peduli seberapa berat resiko nanti..
aduhai hati riang bak bidadari dibuai perhiasan indah
tiada perlu melirik jerumus khianat sang api betina..
terpenting kilauan mutiara bersanding dileher si rusuk betina..

entah diperbudak nafsu...
atau tertipu nyanyian si raja api..
kita segelincir kepala lebih damba menggilai dunia..
lupakan saja apa itu alam barjah
lupakan saja apa itu kenistaan dan sekarang bersenandung fana di bumi nyata
seolah tak percaya akan alam setelah tiada...
------

Demikianlah puisi Syahadatmu kini. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label puisi religi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.