Skip to main content

KUMPULAN PUISI-PUISI KEHIDUPAN KARYA NUR HATIMAH

KUMPULAN PUISI-PUISI KEHIDUPAN KARYA NUR HATIMAH

Daftar judul puisi-puisi kehidupan yang ditulis Nur Hatimah dan publikasikan puisi dan kata bijak, antara lain:

  1. Puisi sepucuk surat untukmu
  2. Puisi rumah tak bergenting
  3. puisi jantung tak bergerak
  4. Sajak petani
  5. puisi tanah merah

Kumpulan puisi-puisi kehidupan adalah rangkaian puisi yang menggambarkan berbagai aspek dan pengalaman dalam kehidupan manusia. Puisi tentang kehidupan ini mengungkapkan makna dan pelajaran yang dapat dipetik dari perjalanan hidup dan keindahan yang ditemui sepanjang jalan.

Dalam kumpulan puisi kehidupan, wawasan tentang kompleksitas dan keragaman pengalaman memberikan inspirasi, dukungan, dan pemahaman dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan dalam hidup.

Kumpulan puisi-puisi kehidupan adalah ekspresi seni yang memungkinkan penulis untuk merenungkan, dan menggambarkan perjalanan manusia melalui liku-liku kehidupan

Kumpulan karya puisi kehidupan

Bagaimana kata puisi tentang kehidupan dalam puisi diterbitkan puisibijak.com ,Apakah bermakna seperti puisi pahitnya hidup dan puisi motivasi hidup, selengkapnya di simak saja berikut ini.

PUISI SEPUCUK SURAT UNTUKMU

Bumi terus berputar mengelilingi matahari
Kehidupanku terus berjalan dengan sesuap nasi

Aku sadar,
kau tak mungkin datang tanpa sepucuk surat dariku
Wajahmu pasti memerah ketika kau baca surat ini
Suratku tertulis jelas disamping namamu

Tak berdaya,
ketika aku harus menulis surat untukmu
Tak mungkin kau sediakan waktu untuk membacanya
Kesibukanmu telah memenuhi hari-harimu

Aku rindu,
ketika pertama kali kau baca suratku didepan orang tuamu
Tak terbayang wajah malu ini telah menjadi pᥱndamping hidupmu
Sepucuk surat ini adalah kisah pertama kita bertemu
Semoga kau ingat dengan surat yang telah aku berikan untukmu


PUISI RUMAH TAK BERGENTING

Dalam panas matahari
Rumahku tak bergenting
Tak seindah rumah para tetanggaku disebrang jalan sana

Tak ada genting,
hanya beberapa pasang asbes yang mampu melindungiku dari hujan dan panas
Ketika matahari semakin panas

Didalam rumah,
aku seperti terpanggang dalam kompor panas
Tapi apa hendak dikata
Ekonomiku tak memenuhiku untuk membeli beberapa genting diatas rumahku

Rumah tak bergenting itu berwarna abu,
warna yang tak aku suka
Tapi aku tetap bersyukur karen semua karena ridho sang kuasa

Biarlah genting tak berjejer diatas rumahku,
tapi beberapa asbes mampu mengantikannya

Rumah tak bergenting
Tempat aku beristirahat dan berdo’a pada sang pencipta

Rumah tak bergenting
Walau hanya genting aku tak dapat membelinya
rumah tak bergenting itu adalah rumah surgaku bersama suamiku


PUISI JANTUNG TAK BERDETAK

Jantungku berdenyut kencang
Dingin tak bergerak
Menggenggam pun aku tak sanggup

Dingin rasanya,
tapi apa hendak dikata
Jantung ini tak berdetak
Tagis membanjiri alam semesta

Rumput pun ikut berdo’a agar semua kembali normal
Tapi semua telah menjadi takdir tuhan
Jantung ini benar tak berdetak

Ingin rasanya aku berteriak pada mereka,
selamatkanlah aku dan beri kesempatan untuku memperbaiki hidupku
Jantungku memnag tak berdetak,
tapi ilmuku terus mengalir bersama murid-muridku
jantungku tak berdetak

Aku tak mengetahui isi yang ada dalam diriku dan hatiku
Jantungku tak berdetak,
tapi kisah manisku terus terasa sampai murid-muridku tumbuh dᥱwasa dan mengamalkan ilmu yang aku berikan
Jantungku tak berdetak
Tapi darah perjuanganku terus mengalir bersama kalian semua


PUISI TANAH MERAH

Aku telah duduk didekat peristirahatanmu
Tanah Merah
Bertabur bunga didekatmu
Aku hanya bisa menangis dan termenung

Tanah merah
Wangi dan masih merah dengan galian tanah siang tadi
selalu terbayang-bayang akan kebersamaan kita
Aku masih ingat,
ketika kau bawakan aku setumpuk martabak yang dibungkus kardu

Tanah merah
walau kini telah tiada kehadiranmu,
tapi aku selalu berharap kau ada didekatku

Tanah merah
Wajahmu masih terlihat jelas dipikiranku
Aku pun tak bisa meninggalkanmu,
tapi anak-anak sedang menungguku

Mereka selalu menanyakanmu,
aku hanya bisa menangis
Semoga engkau bahagia dengan duniamu yang baru
Aku selalu mencintaimu bersama anak-anakmu


SAJAK PETANI

Pagi telah datang
Aku telah membawa cangkul untuk bekerja
tak kenal lelah atau pun embun
Aku hanya ingin makan bersama keluargaku

Sebutir padi mampu membuat seribu kekenyanga bagiku
Tak pernah aku hiraukan ketika hrga padi melonjak naik
Hatiku gembira,
tapi aku hanya rakyat kecil yang ingin makan

Waktu subuh telah datang dan berlalu
Aku pun melangkah menuju sawah,
tak terbayangkan olehku tanpa sebuah nasi
Masihkah kau ingin memakan hak kami semua

Pagi telah menguning dan akan dipanen,
tapi ketika hujan datang dengan lebat
Aku tak dapat memetik hasilnya
Dan yang terjadi kami tidak makan

Sungguh bukan kemiskinan yang aku rasakan,
tapi perjuangaan yang kami lakukan sia-sia
Biarlah aku melangkah dan memanen sisa-sisa padi,
agar esok hari kami dapat makan
Terima kasih tuhan atas nikmat yang kau berikan pagi ini
--------

Demikianlah puisi karya Nur Hatimah. Simak/baca juga puisi yang lain di blog ini, semoga menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.