Skip to main content

Puisi Sebuah Pagi Untuk Anakku

Puisi Sebuah Pagi Untuk Anakku
Puisi sebuah pagi untuk anakku. Pagi merupakan awal dari dari, waktu berkumpul bersama keluarga anak-anak sebelum beraktivita, pagi waktu yang indah untu merencanakan pekerjaan ayang akan di di kerjakan disiang hari.

Sebuah pagi waktu yang pas untuk menasehati anak-anak, sebelum berkat kesekolah agar ketika di perjalanan, selamat sampai pulang kembali kerumah. dan berkumpul kembali di waktu sore, untuk merencanakan untuk memandang hari esok.

Berkaitan dengan padi dan anak di bawah ini puisi yang menceritakan kedua kata tersebut adapaun masing masing judul puisinya antara lain.
  • Puisi sebuah pagi untu anakku
  • Puisi ketika pagi.
Salah satu penggalan bait dari kedua puisi tersebut. "Tidak kah melihat timur Yang kiranya nyiur membentur Angin timur Sempat mengucur di pundakku Sebuah tangis yang mengikis hancur, mungkin semakin menjadi kelemahan hanya membatu saja di hamparan do'a". Selengkapnya dari bait ini disimak saja puisinya berikut ini.

Puisi Sebuah Pagi Untuk Anakku
Karya: Asrul

Pagi tiba jua
Di batas sungai titipkan
Nyanyian bocah
Kumpulan ikan bunting

Mengadu di kaki langit
Duduk sendiri ibu
Bebekuan pohon menatap lama
Mata tua

Dipukul angin timur
Sambil mendekati musim berganti
Dengan angin membaur cakrawala
Tiba jua

Oh Anakku
Surya di depan mata
Rumput dibiarkan di muka cakrawala
Perkenankanlah aku

Aku menjemput pagimu
Di batas sungai titipkan
Nyanyian bocah
Kumpulan ikan bunting
Tempat muara belum menyunting

Oh Anakku
Tidak kah melihat timur
Yang kiranya nyiur membentur
Angin timur
Sempat mengucur di pundakku
Sebuah tangis yang mengikis hancur

Tegal, 27 Feb 2016


PUISI KETIKA PAGI

Ada kehilangan ketika pagi datang
ia harapku di masa berpanas kemarin
namun tidak mengapa jikalau gerimis jua yang datang
harapku ia mampu dinginkan jalanan yang retak

Di permulaan hari ini,tidak kutemui putik bercʋmbu selain subuh berkabut nan lengang
entahlah, mungkin semakin menjadi kelemahan
hanya membatu saja di hamparan do'a dan sajadah

Terbitlah wahai mentari baru
jangan lagi membakar karena punggungku telah legam oleh silam

Bak bunga berkelopak lima telah tiga
sinarilah sisa kelopak itu agar bersemayam di perjalanan

Bontang, Feb 2016
Ell


Demikianlah puisi pagi untuk anakku. dari "Asrul" di lanjut puisi Dari "Sari" jika suka membaca karya mereka, di telusuri saja di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label aneka puisi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.