Skip to main content

Puisi Pagi Ini Di Trotoar Jalan

Puisi Pagi Ini Di Trotoar Jalan
Puisi pagi di trotoar jalanan. Tuntun pelan aspirasi Sementara asap mengulit di badan sendiri Rakyat kembali Tidak tidur atau mati Bukan sendiri tapi kami, ciut nyali bahkan melayang-layang si tubuh gagah perkasa Aku tetap berdiri di antara mereka sampai gersang tanah menghilang dan menjadi lautan kedamaian. salah satu penggalan bait puisinya.

Adapun masing masing judul puisi tentang kritik sosial dikesempatan ini, diantaranya,
  1. Puisi Pagi Ini Di Trotoar Jalan
  2. Puisi jalanan sudah bebal
Bagaimana makna dan cerita di balik rangkaian kedua bait bait, puisi tersebut, untuk lebih jelasnya silhakn disimak saja puisinya berikut ini.

Puisii Pagi Ini Di Trotoar Jalan
Karya : Penyair Kecil

Pagi ini trotoar jalan meluap banjir kata-kata
Dari wajah-wajah belia, mereka mengusung pinta dari rakyat jelata
Bakul-bakul nasi lebih baik diam menyaksikan temannya di muka jalanan
Merunduk sepi di antara lautan-lautan penghianatan

Tubuh renta duduk di kaki pohon menyiumi gersang tanah
Sepucuk surat dari kilatan-kilatan peradaban ekonomi menjadi lemah
Sempat beliau berlumurkan pidato di wajah rumah
Tapi sangkʋr baja dan orang-orang berwajah garang membuat remuk lenyap goyah

Pagi ini masih tegang terlentang tak mengunang
Aku berdiri di antara mereka
Tidak ciut nyali bahkan melayang-layang si tubuh gagah perkasa
Aku tetap berdiri di antara mereka sampai gersang tanah menghilang dan menjadi lautan kedamaian
Suara sirine pemadam kebakaran datang jua
Kiranya terjadi lautan api dari rakyat jelata

Bukan!
Ini satu tragedi perjuangan yang tak akan matidari penghianatan
Bulan-bulan kemarin masih asik dan damai
Kilatan-kilatan surut tak berderai
Sungguh ironis jaman ini
Rakyat jelata serasa diguncang dan tercekik mati

Tegal, 14 September 2015


Puisi Jalanan Sudah Bebal
Karya : Penyair Kecil

Sebelum kopi menjadi ampas
Aku membuka
Jalanan yang bebal
Lamban semua
Dengan barak-barak kecil

Mereka berteduh
Dan berteriak keluar merayap penuh
Ditemani segudang peluru yang membuat gigil
Tiga remaja berdiri
Paling depan serupa esok tidak kembali

Tuntun pelan aspirasi
Sementara asap mengulit di badan sendiri
Rakyat kembali
Rakyat kembali
Tidak tidur atau mati

Bukan sendiri tapi kami
Jalanan sudah bebal
Oleh bapak-bapak nakal
Sudah seribu kalinya
Aspirasi kami dianggap buta

Tegal, 24 September 2015

Demikianlah puisi pagi ini di trotoar jalanan. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label puisi suara anak negeri. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.