Skip to main content

Puisi Revolusi Mental

Puisi Revolusi Mental
Puisi revolusi mental. Revolusi Mental adalah gerakan sosial untuk bersamasama menuju Indonesia yang lebih baik. Dilakukan dengan program gempuran nilai ,untuk senantiasa mengingatkan masyarakat terhadap nilai-nilai strategis dalam setiap ruang publik.

Dan desain program harus mudah dilaksanakan, menyenangkan bagi seluruh segmen masyarakat. Nilai-nilai yang dikembangkan terutama ditujukan untuk mengatur moralitas publik (sosial) bukan moralitas privat . Dapat diukur dampaknya dan dirasakan manfaatnya oleh warga masyarakat.

Revolusi mental, tema puisi yang diupdate untuk kesempatan ini, bagaimana cerita dan makna puisinya, untuk lebig jelasnya, silahkan disimak saja berikut ini.

PUISI REVOLUSI MENTAL

Darah itu merah jendral !
Kalimat hitam
Yang tak kan pernah tenggelam
Dari memori anak-anak negeri
Lembar-lembar kelam

Seakan berlomba menghias negeri yang semakin suram
Perjuangan mereka kita lihat seperti apa?
Hanya album berdebu dalam museum tua?
Seperti sia-sia pengorbanan mereka
Kini darah tak lagi merah
Tapi biru membeku

Oleh keserakahan para ksatria-ksatria senayan
Lihat lah nenek warti
Terhuyung berjalan mengais rejeki
Lihat anak kami prasetyo
Berbekal gitar usang
Bernyanyi lantang
Lihatlah ibu sumiati

Jualan gudek yang tiap malam menyisihkan rupiah
Untuk para preman yang payah
Sekarang bukan revolusi senjʌta
Tetapi mental yang bicara
Wahai kusuma bangsa
Maafkan kami semua
Airmata kalian
Darah kalian
Harapan kalian

Belum bisa kami wujudkan
Entah kapan kami mampu
Membentuk mental kami
Untuk melihat negeri ini
"Gemah ripah loh jinawi"
Subur makmur
Toto tentrem kerto raharjo

Solo,jan,2015


PUISI UNTUKMU YANG MENYEBUT KAWAN
Karya Y. S. Sunaryo

Revolusimu teramat purba, kawan
Begitu pun kudetamu ala bar-bar
Karena kau renggut berjuta-juta kematian
Dan kau sembunyi di semak belukar

Tak ada tempat lagi, kawan
Membakar kemelaratan untuk inginkan kekuasaan
Membunyikan lonceng "Kematian Tuhan"
Karena Indonesia warga beriman; Tuhan hadir sebagai takdir kehidupan

Masih bermimpi untuk bangkitkah, kawan
Ketika revolusi di pucuk senʌpan telah dikubur zaman
Jika bangkit, pasti diganyang-ganyang
Oleh revolusi mental yang anti kebiadaban

Bolehlah kita bersalaman, kawan
Hanya di altar kasih kemanusiaan
Jangan lagi merumuskan menikam dari belakang
Karena kami paham, sejarahmu penuh boncengan dan tunggangan


PUISI KETIKA MEMAKI RASA BANGSA
Karya YS Sunaryo

Ketika rasa asin laut mesti membeli
Bagaimana manis harus dicicipi?
Ketika beras mahal dipanen di sawah negeri lain
Bagaimana merumuskan pengentasan kaum miskin?

Ini pertanyaan ketika laut tak pernah surut
Ketika tebu belum ranggas mengkerut
Ketika gabah di desa-desa murah berlimpah
Dan ketika ibu-ibu ke warung menenteng resah

Mereka memaki garam mahal di sekeliling lautan
Memaki tak terbeli gula di hamparan kebun tebu
Memaki beras mahal di tengah tanah pertanian
Memaki periuk nasi penuh debu dan batu

Ketika memaki disertai kepalan tinju lurus kepala
Ketika memaki menjadi catatan-catatan janji
Memaki menjadi luka-luka seketika
Ketika negeri yang serba punya hanya saling memaki

Revolusi mental jangan lagi basa-basi
Enyahkan oligarki sepenuh hati
Di koloni berbendera liberalisasi ekonomi
Lakukan: kita bangsa berdaulat pangan!


Demikianlah puisi revolusi mental. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label aneka puisi. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.